TORAYA MAELO



  “ Setelah pertemuan ke 15 kita adakan study lapangan ke TANA TORAJA. “ kata bapak Dr. H. Suf Kasman M. Ag. Beliau adalah salah satu dosen terbaik yang dimiliki Universitasku terkhusus Fakultasku. Beliau mengajar mata kuliah KOMUNIKASI LINTAS AGAMA DAN BUDAYA, itulah mengapa TANA TORAJA menjadi objek study lapangan kelas kami. 

Bapak Dr. H. Suf Kasman M. Ag.
Sumber : Lisa Arifuddin

PACKING TIME
  1 minggu sebelum keberangkatan aku mulai pusing, ku katakan dalam hati “ Baju apami ini mau ku bawa di ? berapa ku bawa baju ? celana ? rok ? cemilan apami mau ku bawa ? aah issengi deh nnti pi, malamnya pi baru ku list apa-apa mau ku bawa.” Setelah perdebatan panjang dengan diriku sendiri, aku kembali melakukan aktivitasku seperti biasa pergi ke kampus untuk UAS, kembali ke rumah untuk belajar, makan, tidur, nonton dan sebagainya.
   Malam menjelang hari H,  beberapa jam sebelum keberangkatan teman-teman mulai heboh di obrolan grup WhatsApp, maklum kami excited study lapangan ke TANA TORAJA . Obrolan yang mereka bahas seputar packing time, salah satu teman baikku menanyakan padaku “ Rifqa sudah mko packing ?.” tanyanya “ Belumpa wehh, malas sekalika, masih banyak ku kerja ini, melipat bajuka, baruka juga sudah cuci piring.” Jawabku dengan santai . “ Astagaa.., jam berapa mi ini cepat meko packing.” Balasnya         “ Bah nantipi.” Jawabku lagi.
***
   1 jam berlalu…. 2 jam berlalu aku masih saja belum packing, akhirnya ku putuskan untuk bertanya pada kakak ku berapa pakaian yang harus aku bawa agar barang bawaanku tak banyak. Setelah aku selesai list barang-barang yang aku bawa,  jam weker di kamarku menunjukkan pukul 22.10 WITA akupun mulai packing, kakak ku memberikanku 4 kantong plastic bening untuk nanti ku masukkan pakaianku di dalamnya “ Eehh iif, kasi masuk ki itu pakaianmu disini nah. Ini gunanya plastic supaya pas packing ko gulung-gulungki itu pakaianmu jadi nanti cukupji pakaianmu d dalam ransel jadinya ndk banyak tas mu pake.” Penjelasannya . “ Oh iye, ih tapi nanti rottoki pakaianku gaang kalo ku gulungi.” Jawabku. “ Adaji setrikaku bawami itu, atau kalo mauko ndak rempong setrika memang mi pakaianmu, kalo ndak mauko kudungmu mo saja, kah kaos ji mu pakai toh. Jadi nanti pas disana ko tinggal mu setrika itu bekas lipatannya.” Penjelasannya yang panjang. “ Oke pale, packingkan ma bedeng eehh ndak ku tauki packing sendiri.” Kataku dengan nada memohon “ Edede…, belajar meko packing sendiri. Masa di packingkan terus ko.” Jawabnya dengan nada kesal. “ Iye ji pale.” Jawabku.
   Pukul 22.30 WITA akhirnya ku putuskan untuk mulai memasukkan barang-barangku ke dalam tas, setelah ku lalui perjuangan panjang, menyetrika, menggulung-gulung pakaianku, chek obrolan grup WhatsApp dan sebagainya tepat pukul 23.15 WITA aku selesai packing. “ Akhirnya…., selesaima packing gaangg.” Kataku dalam hati dengan raut wajah senang.


Tas Ransel dan Tas Selempang
Sumber : Pribadi




HARI KEBERANGKATAN

  Pagi yang cerah, secerah hatiku yang akan berangkat study lapangan ke kampung halaman sahabat karibku, Rusni Arruan yakni TANA TORAJA. Setelah sarapan dan mandi akupun bersiap-siap pergi ke Masjid Muhammad Chengho, ketika aku memakai kaos kaki ibuku berkata “ Nak, ku bungkuskanki nasi nah, ki makan di bus kalo laparki. “ dengan suara khasnya. “ Iye, tapi jangki banyak nasinya ibu nah. “ jawabku. Iapun menyiapkan bekalku untuk ku makan di bus nanti. Setelah ibuku selesai membungkus bekalku, akupun berpamitan padanya,  ku cium tangannya yang mulai keriput itu sembari berkata “ Ibu doakanka di’ selamat sampai tujuan.” Bisikku di telinganya. “ Iye nak, selalu jki ku doakan. Ehh ingatki itu nak, janganki takabbur baek-baek ki di kampungnya orang, jangan pergi-pergi sendiri ikutki sama rombonganta selalu.” Nasihatnya. “ Iye Ibu.” Jawabku.
  Pukul 10.15 WITA akupun berangkat menuju kampus sebab bus menjemput kami disana untuk kemudian berangkat ke Masjid Muhammad Chengho berdoa bersama sebelum berangkat. Aku diantar oleh lelaki yang setia memboncengku sedari kecil yaitu Ayahku tercinta. Sesampainya aku di kampus aku langsung menuju tempat tinggal sahabatku di belakang fakultas. Berkumpul bersama, agar nantinya kita bisa jalan bersama ke depan pintu dua kampus, menunggu bus kelas kami tiba.
  Sesampainya di tempat tinggal sahabatku akupun duduk-duduk bercengkrama sembari menunggu teman yang lain. Tepat pukul 12.13 WITA adzan berkumandang pertanda sholat jumat tiba. Aku masih bercengkrama dengan teman-temanku “ Eeeh makanka dulu saya, lapar sekalika. “ Kata salah satu sahabatku. “ Roti ji saya ku makan, kah sudah mka makan nasi tadi pagi di rumah.” Kataku.  Ku ambil roti yang sebelumnya ku beli di warung pinggir jalan dekat kampus, lalu ku lihat taggal expaernya ternyata rotinya sudah lama expaer. “ Jangan mko makanki itu Rifqa sakit nanti perutmu.” Kata sahabatku. “ Iyo ndak ji. “ Jawabku. “ Ini mo mu makan Rifqa, sama mki makan nasi goreng siniko.” Kata sahabatku yang lain. “ Oh iyo, kah mauka minum antimo bela supaya ndak mabo ki di bus. “ Balasku kembali. “ Bah sama jki. Mau tonja minum antimo.” Katanya kembali.
  Setelah hal panjang itu, akhirnya kami bertujuh berkumpul bersama, kemudian kami Sholat dan menjamaknya. Setelah itu kamipun berangkat menuju depan pintu dua kampus, sebelumnya dua sahabatku berpamitan pada ibu kos. Ketika kami menutup pintu pagar, kami berpapasan dengan teman sekelas kami yang lain, akhirnya kami bersepuluh memutuskan berjalan beriringan menuju depan pintu dua.
  Langkah kaki kami terburu-buru, berharap cepat sampai di depan pintu dua kampus. Lalu masuk ke dalam bus dan memilih tempat duduk sesuai kemauan, aku berjalan paling depan. Sembilan orang temanku berjalan di belakangku, maklum soal jalan jauh-jauh aku paling semangat, ini berkat kerja keras kakak ku yang selalu mendorongku untuk rajin berolahraga di akhir pekan. Di pertengahan jalan, aku menoleh ke belakang ku lihat teman-teman mulai lelah, ada yang mengusap keringatnya, ada  yang tetap berusaha mengangkat barang bawaannya, ada pula yang mengeluh bahwa jalan pintas menuju gerbang dua kampus ini terlalu panjang. Akupun hanya tertawa melihat tingkah mereka.
***

  Kamipun sampai di depan pintu dua kampus, bus sudah datang.


Bus Kelas BPI A
Sumber : Amar Akramul Tasbih

 Akupun menyodorkan ranselku kepada kenek bus untuk di letakkan di bagasi. Kami berebut tempat duduk, aku mendapatkan tempat keempat dari belakang di sebelah kanan bersama Nisa. “ Nisa, sini itu tas sampingmu yang biru, taro diatas sinimi.” Kataku. “ Ini. “ iya memberikan tasnya padaku, untuk kemudian ku letakkan di bagasi atas tempat duduk ku bersama tas sampingku yang berwarna pink. Akupun duduk di tempatku bersama Nisa, begitupun dengan teman-teman yang lain. Setelah masing-masing mendapatkan tempat duduk kamipun memutuskan untuk berangkat ke Masjid Muhammad Chengho untuk berdoa bersama sebelum keberangkatan, tapi… “ Eh, ndak adapi Ikhwan, Islah sama nullah !!.”  Temanku berkata. “ Telfonki dulu, jam berapami ini.” Yang lainpun mulai berbicara. Rusnipun menelefon Ikhwan, Islah dan Nullah.
  Selang beberapa menit kemudian mereka bertiga datang, teman kelasku yang duduk di bagian depan kemudian memberitahu sopir bus untuk berangkat menuju Masjid Muhammad Chengho yang berada di jalan Hertasning. Di pertengahan jalan teman-teman baru menyadari bahwa masih ada satu orang temanku yang tertinggal, yaitu Ajeng. “ Sudahmi ku telfon Ajeng ku suruh langsung ke Masjid Muhammad Chengho adaji juga disana Luthfi na temani.” Kata Rusni meyakinkan teman-teman.
  Pukul 13.40 WITA kami tiba di Masjid Muhammad Chengho, lalu kami turun untuk menunggu bapak Suf Kasman datang.. Waktu berlalu sedikit demi sedikit hingga akhirnya teman-teman mulai lelah duduk menunggu di pinggir jalan, Randi selaku Ketua Panitia serta Rusni selaku Bendahara Panitia menghubungi bapak Suf Kasman. Setelah Rusni menghubungi bapak Suf Kasman… “ Bapak toh pas di telfon, kayak na lupa kalau mauki ke Toraja hari ini, na bilang tunggu bede barui pulang dari Sholat Jumat.” Kamipun hanya tertawa mendengar penjelasan dari Rusni. Akhirnya kami memutuskan untuk menunggu bapak datang. Sembari menunggu bapak kami tak lupa berfoto-foto, belum ke Toraja galeri hp sudah mau penuh hahaha.
  Akhirnya bapak Suf Kasman pun datang, kemudian kami melangkah menuju depan Masjid Muhammad Chengho untuk berdoa memohon perlindungan kepada Allah agar perjalanan kami lancar sampai tujuan dengan selamat.


Masjid Muhammad Cheng Hoo
Sumber : www.google.com

***
  Usai berdoa bersama kamipun masuk ke dalam bus lalu berangkat menuju TANA TORAJA. Di dalam bus kami bercengkrama, tertawa, ngemil,main hp dan sebagainya. Ku nikmati perjalanan yang menyenangkan itu. Di balik kaca bus ku pandangi pepohon yang tertiup angin seolah-olah mereka menyapaku dan berkata “ hati-hati di jalan.” Langit begitu cerah, burung-burung berterbangan mencari makan untuk nantinya di bawa pulang ke sarang, Orang-orang berlalu lalang di jalan raya ada yang berjalan kaki, ada yang mengendarai motor, dan adapula yang mengendarai mobil.
  Pukul 16.35 WITA bapak Suf Kasman memutuskan untuk istirahat sejenak di Masjid Bungoro Pangkep untuk Sholat Ashar karena ada beberapa orang yang tidak menjamak Sholatnya termasuk beliau. Aku hanya sekadar turun dan menuju toilet, selepas itu aku kembali kedalam bus. Diatas bus ku putuskan untuk memakan bekal yang sudah di siapkan ibuku tadi pagi, akupun memakannya bersama teman-teman yang lain dengan lahap. Adapula temanku yang membagikan burasanya kepada teman-teman yang lain, akhirnya beramai-ramailah kami menghabiskan lunch yang telat itu.
  Menjelang Sholat Maghrib bapak Suf Kasman kembali memutuskan untuk singgah Sholat Maghrib di salah satu masjid kabupaten Sidrap.. “ Dimanaki ini nah ?.” Tanyaku pada teman-teman di dalam bus. “ Di pertamina.” Salah satu temanku menjawab. Teman-teman yang lain tertawa terbahak-bahak, “ Maksudku di daerah manaki ini, awweh… “ Balasku. “ Kan bertanyako dimana ini, yah ku bilang di pertamina.” Akupun ikut tertawa, kebetulan pertamina yang temanku katakan ada masjidnya, disitulah kami singgah Sholat Maghrib. Selepas Sholat Maghrib bapak Suf Kasman mengatakan kepada kami bahwa yang lapar bisa makan dulu, lalu kita lanjut perjalanan.
  Mendengar hal itu akupun bergegas mengambil dompetku di dalam tas, kemudian turun dari bus dan menghampiri warung makan yang tepat bersebelahan dengan tempat wudhu itu. Akupun melangkahkan kaki ke dalam warung, namun sayang beribu sayang tak ada makanan berat yang dijual disana.. “ Awweh…, bapak na suruhki makan baru tidak ada makanan berat na jual ini ibu.” Keluh temanku. “ Iyo weeh, laparku mo poeng. “ Keluhku juga. “ Ehhh, itu sana eeh ada penjual bakso, itumo di makan. Besok pagipi makan nasiki.” Sambungku. “ Ayomi pale membelli.” Temanku berkata.
  Kamipun membeli bakso tusuk di depan masjid itu, ku katakana dalam hati “ 4k mo ku belli deh, hematko Rifqa, moko beli oleh-oleh nanti.” Kamipun melanjutkan perjalanan, bus mulai heboh dengan celoteh-celoteh dari kami. Kami menanyakan apakah kami bisa karaoke kepada sopir bus dan ia mengatakan bahwa bisa, terwarnailah perjalanan kami dengan suara teman-teman yang berusaha menyanyi sesuai dengan intonasi yang baik, haahhaha. Beberapa jam berlalu, aktivitas karaoke terhenti begitu saja akibat kelelahan dan suara yang mulai hilang. Akhirnya hanya music yang di putar oleh kenek bus, lelah menyanyi tak menghalangi teman-teman untuk kembali menghebohkan bus kelas kami. Kami mulai melucu diatas bus hingga benar-benar merasa lelah dan tertidur pulas.
***
  Tepat pukul 22.30 WITA aku terbangun tiba-tiba, bus mulai berbelok tak henti-henti, belum sempat ban belakang lurus ban depan kembali berbelok. Ku tanya teman-teman kita dimana, salah satu temanku menjawab bahwa kita sudah di Enrekang, alhasil aku tak bisa tidur kembali. Ketika ku coba menutup mata, kepalaku pasti pusing. Akhirnya ku putuskan untuk menikmati perjalanan yang menegangkan itu. Bahkan ketika aku terbangun dari tidurku tadi ada salah satu temanku yang jatuh di koridor bus saking kencangnya bus itu berbelok. Ku tanya Nisa partner duduk ku selama di bus “ Amanji ?, ndak mau jko muntah ?. “ Tuturku. “ Bah, amanji.” Ia menjawab sambil mengacungkan tanda oke kepadaku dengan jemarinya. Selama perjalanan itu masih banyak teman-teman yang tertidur, akupun heran mengapa mereka bisa tidur pulas seperti itu ketika jalanan tak bersahabat seperti ini.
  Perjalanan yang lumayan panjang kami lalui di Enrekang hingga akhirnya… “ Ihh, Rusni di Toraja mki ini ?.” Tanyaku dengan antusias.  “ Iya, Toraja mi ini.” Ku pandangi satu persatu-satu rumah-rumah penduduk dengan khas Tongkonan di halaman rumahnya bahkan ada rumah yang beratap Tongkonan melengkung menyerupai perahu. Tak lama perjalanan yang kami tempuh di Tana Toraja. Dan akhirnya kami sampai di penginapan tepatnya di Pusat Dakwah Muhammadiyah Tana Toraja.


Pusat Dakwah Muhammadiyah Tana Toraja
Sumber : www.google.com



PUSDAM

  Sesampainya di depan PUSDAM kamipun turun, kemudian meregangkan badan yang sudah berjam-jam duduk diatas bus, setelah ku regangkan badan aku berbalik ke kanan dan ku lihat ada warung bakso disana. yahh…, warung bakso babi, ku elus dada dan berkata dalam hati “ Deehh ndak adakah kodong bakso sapi ?.” Temanku menoleh ke arahku dan berkata “ Jangan mko macinna sembarang Rifqa disini, di Makassar pko klo mau makan bakso.”
  Sembari menunggu Ketua Panitia mengambil kunci penginapan kami. Aku mengambil ranselku di bagasi bus kemudian melangkahkan kakiku menuju depan pagar PUSDAM.  Ketika aku sibuk berbincang dengan temanku, aku melihat seekor anjing yang sangat besar, aku kaget tak perah seumur hidupku melihat anjing sebesar itu. Ada temanku yang lain berteriak ketakutan ketika melihat anjing besar itu.. “ Weeh Ayu diamko, kahh tidak ke siniji lewat ji saja.” Kata temanku yang lain menegur Ayu yang ketakutan.” “Kah kagetki gaang.” Jawabnya. Nisapun berkata padaku “ Itumi di bilang anjing Werlwolf  Rifqa.” “Oh, itumi deehh besar nah di’.” Tuturku kagum.
***
  Akhirnya Randi pun membawa kunci PUSDAM, aku mempersiapkan ancang-ancang. Ku ambil stop kontak yang ada di tas pink ku lalu ketika pagar terbuka aku berlari menaiki tangga dan menunggu Randi membuka pintu PUSDAM. Ketika pintu PUSDAM terbuka aku kembali berlari menaiki tangga untuk segera sampai ke depan Aula tempat perempuan tidur. Ketika pintu Aula terbuka aku dan teman-temanku berebut ingin masuk duluan, aku tak mau kalah ku kerahkan seluruh tenaga sembari berkata pada sahabatku untuk langsung melihat colokan yang terdekat. “ Sini cepat stop kontakmu Rifqa.” Ku berikan stop kontakku padanya. “ Colok mi cepat.” Teriakku. Hahahaha.
  Akhirnya setelah perjuangan mendapatkan colokan, akupun mengambil tempat untuk tidur di bagian ujung kanan Aula. Walaupun aku tak mendapat bagian karpet setidaknya aku mendapatkan tempat untuk terlelap dan berkelana dalam mimpiku. Sebagian teman-temanku ada yang langsung tidur karena kelelahan dan sebagaian yang lain ada yang langsung menyetrika. Aku langsung ke kamar mandi untuk cuci-cuci. Setelah itu aku juga menyetrika dan langsung tidur tepat pukul 02.15 WITA.
  Aku bahagia dengan suasana yang kualami dengan teman-teman kelasku serta teman-teman dari kelas dan jurusan yang lain, itu megingatkanku kembali ke masa waktu mondok dulu. Tidur berdempetan seperti itu, cuci-cuci, dan bercengkrama sebelum tidur.  
  


KALIMBUANG BORI TORAJA UTARA
  Tepat pukul 03.10 WITA Nunu membangunkanku, menyuruhku bergegas ke kamar mandi sebelum antrianku diambil orang. Setelah mandi akupun berpakaian dan menunggu Adzan Subuh berkumandang. Setelah menunaikan Sholat aku merasa kantuk menyerangku kembali, ku baringkan tubuh seraya menutup mataku, bagaimana tidak tidurku hanya kurang lebih 1 jam saja. Pukul 06.00 WITA kami sekelas menunggu catering tiba, “ Akhirnya makan nasi mki.” Kataku dalam hati. Selepas sarapan bapak Suf menyuruh kami bergegas masuk ke dalam bus, karena trip akan segera dimulai. Tempat wisata pertama yang akan kami kunjungi adalah Kalimbuang Bori tepatnya di Toraja Utara, perjalanan yang cukup panjang yang kami tempuh.
  Ku nikmati perjalanan itu dengan rasa bahagia, sembari memandangi pohon-pohon, gunung, persawahan, serta sungainya Tana Toraja. Hahaha. Dalam perjalanan menuju Kalimbuang Bori ku lihat di salah satu gunung ada tulisan TORAYA MAELO, dari sanalah aku terinspirasi mengambil judul ceritaku. Hehe.
  Setelah perjalanan panjang kami lalui akhirnya kami sampai di Kalimbuang Bori, hal yang pertama aku lihat adala batu pahatan besar berdiri kokoh disana, aku takjub melihatnya ku katakana dalam hati “ Apakah ini terbentuk secara alami ?.” Setelah aku mendengar penjelasan dari Tour Guide  ternyata batu itu di pahat oleh warga disini sungguh luar biasa. Setelah mendengar kisah yang panjang tentang Kalimbuang Bori aku dan teman-teman yang lain tak lupa berfoto untuk mengabadikan momen yang langka ini.



Objek Wisata Kalimbuang Bori Toraja Utara
Sumber : Hasriani Rustam 




PASAR BOLU
  Setelah berfoto-foto dan berjalan sedikit melihat suasana Kalimbuang Bori bapak Suf Kasman kemudian menyuruh kami masuk kembali ke dalam bus. Di atas bus kami kepanasan dan kelaparan bagaimana, tidak hari itu sungguh cerah dan kami memakai kaos merah. Namun sayang waktu makan siang belum tiba, aku malu jika makan sendiri diatas bus. Terpaksa kami hanya makan cemilan saja untuk mengganjal rasa lapar yang mendera.
  Selepas makan kami menikmati perjalanan kembali, hingga akhirnya bus berhenti di pinggir jalan raya. Ku sangka bapak Suf Kasman mempersilahkan kami untuk membeli oleh-oleh nyatanya kami turun dari bus dan mengikuti langkah beliau hingga sampailah langkah kami ke pasar kerbau dan babi terbesar disana. Aku kaget melihat kerbau sebesar itu “ Deeehh, besar nahh. Nah kalah besarka.” Kataku. Teman yang disampingku hanya tertawa.
  Aku kehilangan jejak bapak Suf Kasman, lalu ku lihat ada teman dari kelas lain berjalan di depanku akhirnya ku ikuti langkahnya. Hingga aku tepat berhenti di depan kandang babi. Aku tak mengambil gambar di pasar itu, Hanya status WhatsApp temanku tentang itu yang ku ScreenShot lalu ku jadikan status WhatsApp ku.
  Selepas melihat kerbau dan babi di pasar bolu kami melanjutkan perjalanan. 

 


Kandang Babi di Pasar Bolu
Sumber : Arif Rahman






KETE’ KESU
  Kami kembali ke dalam bus dengan hadiah yang ku bawa pemberian kenalan bapak Suf Kasman di Tana Toraja. Sesampainya diatas bus aku kembali menikmati pemandangan  ke trip selanjutnya. Aku selalu berusaha tidak tidur diatas bus, karena aku ingin mengabadikan setiap momen yang ku lihat di dalam hati dan jiwaku. Kami sampai di Kete’ Kesu tepat sebelum waktu Sholat Dzuhur masuk. Aku bersama teman-temanku turun dari bus lalu segera menyisir toko-toko souvenir disana, yaahhh waktunya berbelanja.  Ku lihat-lihat di setiap toko souvenir yang ingin aku beli dan ku sesuaikan dengan  budget yang ku bawa. Setelah melihat-lihat akhirnya aku menemukan souvenir yang sejak lama ingin ku beli yaitu Dream Catcher, selepas itu aku membelikan satu yang berukuran kecil untuk adik sepupuku.
  Setelah itu aku masuk ke dalam dan melihat-lihat kembali aku melihat ada tas khas Toraja akupun melewati toko itu untuk kemudian melihat-lihat di toko yang lain apakah ada yang lebih cantik dari tas itu, setelah melihat-lihat tas di toko-toko yang lain tak lupa aku berfoto disana. Selepas foto aku kembali mencari tas itu, hingga akhirnya aku lupa di toko mana tas itu berada. 3 kali aku bolak-balik, dan ku putuskan masuk di toko lain, karena aku melihat ada tas yang sama yang ku lihat di toko yang sebelumnya di toko itu. Tapi tas itu bukan berwarna pink.
  “ Tidak masalahji itu deh, yang jelas ini tas cantik ji juga biarpun bukan warna pink.” Kataku dalam hati. Selepas shopping time bapak Suf Kasman menyuruh kami bergegas masuk ke dalam bus karena kita akan berangkat ke destinasi selanjutnya, namun ku tanya teman-temanku yang lain bahwa sebagian temanku yang lain masih ada yang belum Sholat Dzuhur termasuk aku. Randi selaku ketua panitia menyampaikan perihal itu kepada bapak Suf Kasman dan juga supir bus. Akhirnya kami diizinkan untuk pergi Sholat Dzuhur dulu di Mushollah tempat wisata itu.
  Ku ambil air wudhu, lalu ku tunaikan kewajibanku bersama teman-teman tak lupa aku menjamaknya. Selepas itu kamipun melanjutkan perjalanan perjalanan menuju tempat wisata yang lain.




Objek Wisata Kete' Kesu
Sumber : Pribadi 





LONDA
  Akhirnya kami sampai di LONDA, akupun turun dari bus bersama teman-teman, aku berjalan dengan perasaan senang dan was-was. “ Inimikah tempat yang banyak tengkoraknya sama yang ada manekin orang-orang yang meninggal terpajang di depan bangunannya ?” Kataku dalam hati. Ku langkahkan kaki menuruni anak tangga satu persatu, hingga tiba di depan bangunan itu. Dan ternyata persepsiku benar, inilah tempat yang ku singgung tadi dalam hati. Tak lupa aku selalu mengucap salam sebelumnya agar aku tetap terlindung. Sesampainya disana aku tak lupa berfoto di depan bangunan itu, kemudian bapak Suf Kasman mengajak kami semua untuk masuk ke dalam gua. Ku beranikan diri, “ Bismillah, kapan lagi bisaka ke sini. Haruska masuk.” Tuturku dalam hati.
  Setelah mendengar penjelasan dari Tour Guide, bapak Suf Kasman kemudian menantang kami mencoba masuk ke dalam gua yang lebih kecil. Ku kumpulkan keberanian dan ku langkahkan kaki mengantri bersama teman-temanku menunggu giliran. Akupun masuk menyusuri gua kecil itu, aku susah bergerak di dalam karena badanku yang besar dan juga aku memakai rok celana yang teramat rempong itu. Kotor tak menjadi masalah bagiku, hanya saja aku benar-benar kesusahan bergerak di dalam yang ku bisa hanya tetap merayap dan merayap sembari menikmati dinginnya hawa gua.
  Keluar dari dalam gua aku menghampiri teman-temanku, mereka kaget melihat rok celanaku begitu kotor. Ku katakan pada mereka “ Ndak bisaka bergerak di dalam wehh, besar skali badanku jadi kesusahanka. Merayap terusja.” Mereka hanya tertawa. Hahaha.

  Selepas itu kami kembali berfoto lagi, lalu melanjutkan perjalanan ke tempat wisata berikutnya.




Objek Wisata Londa
Sumber : Muhammad Ikhsan





BUNTU BURAKE
  Kamipun kembali naik ke bus, melanjutkan perjalanan ke tempat wisata yang lain. Namun di pertengahan jalan, hujan turun membasahi bumi. Sesampainya di depan jalan masuk menuju wisata Buntu Burake hujan masih turun, alhasil destinasi ke Buntu Burake di batalkan. Bukan cuman hujan yang membuat kami tak jadi ke sana tapi ada juga satu dan lain hal sehingga  destinasi ke Buntu Burake hari itu di batalkan. Aku bersama rombongan kembali ke PUSDAM, ada kekecewaan yang ku rasa, “ Deeh ndak jadiki ke Buntu Burake, padahal itumi intinya.” Kataku. “ Deehh, sebenarnya bisa jki itu tdi ke sna nahh. Kaah hujan tidak menghalangiji.” Kata temanku yang lain. “ Iyo, tapii membasahi.” Sambung temanku yang lain.
  Setelah perdebatan itu aku memutuskan mandi dan berganti pakaian, setelah itu ada pengumuman bahwa Ketua Panitia ingin mengadakan rapat seputar masalah yang tadi sore katanya kita sama-sama mencari solusi. Dan hasil rapatpun di umumkan bahwa, besok pagi kita akan ke Buntu Burake sebelum pulang.




Objek Wisata Buntu Burake
Sumber : Nurul Fadilah




BUKIT SION
  Selepas Sholat Maghrib bapak Suf Kasman datang ke Aula tempat perempuan dan mengatakan bahwa, beliau memberi kami waktu untuk berjalan-jalan menikmati indahnya Tana Toraja di malam hari, sampai pukul 22.00 WITA. Kebetulan malam itu, malamnya anak muda nongkrong-nongkrong. Yaah apalagi kalau bukan (malming).    
  Setelah Sholat Maghrib aku bersama teman-teman menyantap makan malam yang nikmat itu, Ayam kecap suir-suir. Hehehe. Kemudian akupun, menunggu waktu Sholat Isya datang. Setelah Sholat Isya, akupun pergi bersama teman-temanku menikmati hembusan angin malam Tana Toraja serta menikmati keindahan panoramanya di malam hari. Tak lupa aku selalu berfoto bersama teman-temanku. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Bukit Sion, aku menaiki anak tangga yang cukup jauh jaraknya antara satu anak tangga dengan anak tangga yang lain. Sesampainya diatas aku ngos-ngosan, karena untuk mencapai puncak Bukit Sion itu butuh perjuangan yang melelahkan.
  Ku nikmati suasana malam itu, tidak hanya rombongan kami yang meramaikan Bukit Sion. Ada banyak juga sepasang kekasih yang datang ke sini hanya sekadar menikmati indahnya panorama Tana Toraja sambil bercengkrama dengan pasangannya masing-masing.
  Tepat sebelum pukul 22.00 WITA bapak Suf Kasman, memberi komando bahwa kita sudah harus kembali ke penginapan. Kamipun kembali ke penginapan, Tana Toraja bertambah dingin. Ku tarik sweaterku memastikan tubuhku terbalut sempurna olehnya. Aku kedinginan. Ku percepat langkah kakiku, agar aku segera sampaidi PUSDAM.




Bukit Sion
Sumber : Muhammad Ikhsan





TRIP TO BUNTU BURAKE YANG TERTUNDA
  Keesokan harinya setelah selesai mandi, akupun packing kembali. Yaah, hari ini kami kembali ke Makassar sekaligus pergi ke Buntu Burake. Selepas packing, aku bersama teman-teman membawa barang-barang ke bawah untuk kemudian di masukkan kembali ke bagasi mobil. Namun drama dimulai, ban bus kelas kami rusak dan di bawa ke bengkel entah kapan selesai di kerja. Akhirnya bapak Suf Kasman mengatakan bahwa perempuan yang duluan ke Buntu Burake, setelahnya baru laki-laki. Akhirnya kami yang perempuan duluan berangkat ke sana. Sesampainya disana, aku terkejut melihat jalanan layaknya seekor ular meliuk-liuk sempurna.
  Temanku berkata “ Ayomi jalan mki dulu, nanti na ambil jki itu truk di tengah jalan.” Kamipun berjalan kaki hingga beberapa  KM. Akhirnya bus datang dari arah belakang, tapi sayang aku bersama beberapa teman tak kebagian tempat diatas truk. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan jalan kaki hingga truk kembali datang. Di pertengahan jalan menuju gerbang masuk wisata Buntu Burake, kami di kagetkan oleh beberapa ekor anjing. Kamipun memberanikan diri, melewati gerombolan anjing itu. Hingga tibalah kami di depan pintu gerbang wisata Buntu Burake bersamaan dengan datangnya truk yang akan membawa kami ke sana.
  Sesampainya disana, tak henti ku bergumam memuji ciptaan Allah, “ Masya Allah, indahnya pemandangan disini, indahnya ciptaanMu.” Aku tak lupa berfoto bersam teman-teman dan bapak Suf  Kasman.
***
  Selepas dari Buntu Burake kami kembali diantar oleh truk sampai ke depan pintu gerbang, kemudian kami berjalan kaki sampai ke bawah. Kelas yang lain sesampainya di bawah langsung naik ke busnya masing-masing, tetapi kami hanya berdiri di pinggir jalan merenungi nasib bus kelas kami. Rusnipun kembali menghubungi supir bus kelas kami. “ Na bilang masih lama bede selesai.”
  Kemudian kami memutuskan naik pete-pete untuk kembali ke PUSDAM. Sesampainya disana kamipun sarapan dengan lauk ayam, yaah aku dapat lauk ayam. Ada sebagian temn-teman yang mendapat lauk ayam ada sebagian yang medapat lauk telur dan tempe. Setelah itu kami tidur di Aula bawah. Beberapa jam kemudian bapak Suf Kasman memanggil kelas kami ke Mushollah. Kamipun duduk bersila mendengar apa yang akan disampaikan oleh bapak. Ternyata seputar bus kelas kami, beliau mengatakan jika kabar bus kelas kami belum ada sampai jam 1 siang, maka kelas yang lain harus pulang pada jam itu juga. Rencana kami ingin pulang berbarengan tapi, apalah daya musibah tidak ada yang tahu kapan datangnya . Kamipun mengatakan “ Iye pak, ndak apa-apaji duluanmi teman-teman yang lain. Kami siapji tunggu bus disini.”
  Setelah jam menunjukkan pukul 13.00 WITA, bapak Suf Kasman kembali bertanya di kelas kami bagaimana info terbaru seputar bus kelas kami. Rusnipun menjawab masih di butuhkan waktu satu jam untuk menyelesaikannya. Akhirnya bapak mengatakan bahwa beliau duluan berangkat bersama teman-teman dan nantinya menunggu kami di Gunung Nona.
  Beberapa menit kemudian, berita baik menghampiri kelas kami. Akhirnya ban bus kami kembali baik. Aku bersama teman-teman bersorak gembira seraya mengangkat barang-barang untuk kemudian di masukkan kedalam bagasi bus.




Objek Wisata Buntu Burake
Sumber : Risna Wati



BACK TO HOME
  Di pertengahan jalan, kami menikmati perjalanan dengan berkaroke berjamaah , hingga sampai di sidrap. Supir bus lapar alhasil kami, singgah di warung makan. Kebetulan aku dan teman-teman juga lapar, akhirnya kami turun juga. Sesampainya di dalam aku kaget melihat harga makanan di warumg itu, ku putuskan kembali ke dalam bus bersama Nisa. Namun sebagian teman-teman yang lain tetap memilih makan disana. Yaahh, makan pop mie. Haahahah. Harga makanan di warung itu memang tak sepadan di kantong Mahasiswa. Walaupun kami punya cukup uang, tetapi kami berfikir untuk mengeluarkannya hanya karena makanan semahal itu. Hehehe.
  Perjalanan kembali kami tempuh, hingga sampailah aku bersama teman-teman di tol. Ku hubungi kakak ku yang berjanji menjemputku di depan warung BEGOS di jalan Pettarani. Akupun menjelaskan kepada supir bus “ Pak, kasi turunka di depannya warung begos di’ di pettarani. Di jemput disanaka.” Selang beberapa menit bus tiba di depan BEGOS namun ada seng yang menghalangi. Alhasil aku di turunkan di depan jalan Abdullah Dg.Sirua. Beberapa menit kemudian kakak ku datang bersama ayahku. Akupun naik ke mobil dan pulang ke rumah.






SEPENGGAL KATA
  Ku ucap banyak terima kasih kepada bapak Dr. H. Suf Kasman M. Ag. Yang telah menjadi motivator, sekaligus inspirasi-inspirasiku dalam menjalani kehidupan di bangku perkuliahan serta kembali mengumpulkan semangatku untuk menulis kembali. Terima kasih sekali lagi pak. Sehat selalu, semoga bapak diberi banyak kelimpahan rezeki oleh Allah SWT serta senantiasa menjadi bapak Suf Kasman yang ku kenal yang pembawaannya ketika mengajar tegas namun diselingi dengan candaan.
  Dan tak lupa pula ku ucap banyak syukur terima kasih kepada sang pencipta Allah SWT yang telah menciptakan salah satu surga dunia yakni TANA TORAJA. Banyak pengalaman dan pengajaran yang ku dapatkan disana. TANA TORAJA mengajarkanku bahwa Perbedaan itu Indah.
  Berkat bapak aku bisa merasakan sebuah perjalanan yang takkan ku lupa sepanjang hidupku. Sekali lagi terima kasih banyak pak. Dari saya Rifqa Ainun Wahab, Mahasiswi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Bimbingan penyuluhan Islam, Angkatan 2017, NIM 50200117022.

Sumber : Pribadi

WASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH…..


Komentar