TORAYA MAELO
“ Setelah pertemuan ke 15
kita adakan study lapangan ke TANA TORAJA. “ kata bapak Dr. H. Suf Kasman M.
Ag. Beliau adalah salah satu dosen terbaik yang dimiliki Universitasku
terkhusus Fakultasku. Beliau mengajar mata kuliah KOMUNIKASI LINTAS AGAMA DAN
BUDAYA, itulah mengapa TANA TORAJA menjadi objek study lapangan kelas
kami.
![]() |
Bapak Dr. H. Suf Kasman M. Ag. Sumber : Lisa Arifuddin |
PACKING TIME
1 minggu sebelum
keberangkatan aku mulai pusing, ku katakan dalam hati “ Baju apami ini mau ku
bawa di ? berapa ku bawa baju ? celana ? rok ? cemilan apami mau ku bawa ? aah
issengi deh nnti pi, malamnya pi baru ku list apa-apa mau ku bawa.”
Setelah perdebatan panjang dengan diriku sendiri, aku kembali melakukan
aktivitasku seperti biasa pergi ke kampus untuk UAS, kembali ke rumah untuk
belajar, makan, tidur, nonton dan sebagainya.
Malam menjelang hari
H, beberapa jam sebelum keberangkatan
teman-teman mulai heboh di obrolan grup WhatsApp, maklum kami excited
study lapangan ke TANA TORAJA . Obrolan yang mereka bahas seputar packing time,
salah satu teman baikku menanyakan padaku “ Rifqa sudah mko packing ?.”
tanyanya “ Belumpa wehh, malas sekalika, masih banyak ku kerja ini, melipat
bajuka, baruka juga sudah cuci piring.” Jawabku dengan santai . “ Astagaa..,
jam berapa mi ini cepat meko packing.” Balasnya “ Bah nantipi.” Jawabku lagi.
***
1 jam berlalu…. 2 jam
berlalu aku masih saja belum packing, akhirnya ku putuskan untuk bertanya pada
kakak ku berapa pakaian yang harus aku bawa agar barang bawaanku tak banyak.
Setelah aku selesai list barang-barang yang aku bawa, jam weker di kamarku menunjukkan pukul 22.10
WITA akupun mulai packing, kakak ku memberikanku 4 kantong plastic bening untuk
nanti ku masukkan pakaianku di dalamnya “ Eehh iif, kasi masuk ki itu pakaianmu
disini nah. Ini gunanya plastic supaya pas packing ko gulung-gulungki itu
pakaianmu jadi nanti cukupji pakaianmu d dalam ransel jadinya ndk banyak tas mu
pake.” Penjelasannya . “ Oh iye, ih tapi nanti rottoki pakaianku gaang kalo ku
gulungi.” Jawabku. “ Adaji setrikaku bawami itu, atau kalo mauko ndak rempong
setrika memang mi pakaianmu, kalo ndak mauko kudungmu mo saja, kah kaos ji mu
pakai toh. Jadi nanti pas disana ko tinggal mu setrika itu bekas lipatannya.”
Penjelasannya yang panjang. “ Oke pale, packingkan ma bedeng eehh ndak ku tauki
packing sendiri.” Kataku dengan nada memohon “ Edede…, belajar meko packing
sendiri. Masa di packingkan terus ko.” Jawabnya dengan nada kesal. “ Iye ji
pale.” Jawabku.
Pukul 22.30 WITA akhirnya
ku putuskan untuk mulai memasukkan barang-barangku ke dalam tas, setelah ku
lalui perjuangan panjang, menyetrika, menggulung-gulung pakaianku, chek obrolan
grup WhatsApp dan sebagainya tepat pukul 23.15 WITA aku selesai packing. “
Akhirnya…., selesaima packing gaangg.” Kataku dalam hati dengan raut wajah
senang.
![]() |
Tas Ransel dan Tas Selempang Sumber : Pribadi |
HARI KEBERANGKATAN
Pagi yang cerah, secerah
hatiku yang akan berangkat study lapangan ke kampung halaman sahabat karibku,
Rusni Arruan yakni TANA TORAJA. Setelah sarapan dan mandi akupun bersiap-siap
pergi ke Masjid Muhammad Chengho, ketika aku memakai kaos kaki ibuku berkata “
Nak, ku bungkuskanki nasi nah, ki makan di bus kalo laparki. “ dengan suara
khasnya. “ Iye, tapi jangki banyak nasinya ibu nah. “ jawabku. Iapun menyiapkan
bekalku untuk ku makan di bus nanti. Setelah ibuku selesai membungkus bekalku,
akupun berpamitan padanya, ku cium
tangannya yang mulai keriput itu sembari berkata “ Ibu doakanka di’ selamat
sampai tujuan.” Bisikku di telinganya. “ Iye nak, selalu jki ku doakan. Ehh
ingatki itu nak, janganki takabbur baek-baek ki di kampungnya orang, jangan
pergi-pergi sendiri ikutki sama rombonganta selalu.” Nasihatnya. “ Iye Ibu.”
Jawabku.
Pukul 10.15 WITA akupun
berangkat menuju kampus sebab bus menjemput kami disana untuk kemudian
berangkat ke Masjid Muhammad Chengho berdoa bersama sebelum berangkat. Aku
diantar oleh lelaki yang setia memboncengku sedari kecil yaitu Ayahku tercinta.
Sesampainya aku di kampus aku langsung menuju tempat tinggal sahabatku di
belakang fakultas. Berkumpul bersama, agar nantinya kita bisa jalan bersama ke
depan pintu dua kampus, menunggu bus kelas kami tiba.
Sesampainya di tempat
tinggal sahabatku akupun duduk-duduk bercengkrama sembari menunggu teman yang
lain. Tepat pukul 12.13 WITA adzan berkumandang pertanda sholat jumat tiba. Aku
masih bercengkrama dengan teman-temanku “ Eeeh makanka dulu saya, lapar sekalika. “ Kata salah satu sahabatku. “ Roti ji saya ku makan, kah sudah mka
makan nasi tadi pagi di rumah.” Kataku.
Ku ambil roti yang sebelumnya ku beli di warung pinggir jalan dekat
kampus, lalu ku lihat taggal expaernya ternyata rotinya sudah lama expaer. “
Jangan mko makanki itu Rifqa sakit nanti perutmu.” Kata sahabatku. “ Iyo ndak
ji. “ Jawabku. “ Ini mo mu makan Rifqa, sama mki makan nasi goreng siniko.”
Kata sahabatku yang lain. “ Oh iyo, kah mauka minum antimo bela supaya ndak
mabo ki di bus. “ Balasku kembali. “ Bah sama jki. Mau tonja minum antimo.”
Katanya kembali.
Setelah hal panjang itu,
akhirnya kami bertujuh berkumpul bersama, kemudian kami Sholat dan menjamaknya.
Setelah itu kamipun berangkat menuju depan pintu dua kampus, sebelumnya dua
sahabatku berpamitan pada ibu kos. Ketika kami menutup pintu pagar, kami
berpapasan dengan teman sekelas kami yang lain, akhirnya kami bersepuluh
memutuskan berjalan beriringan menuju depan pintu dua.
Langkah kaki kami
terburu-buru, berharap cepat sampai di depan pintu dua kampus. Lalu masuk ke
dalam bus dan memilih tempat duduk sesuai kemauan, aku berjalan paling depan. Sembilan
orang temanku berjalan di belakangku, maklum soal jalan jauh-jauh aku paling
semangat, ini berkat kerja keras kakak ku yang selalu mendorongku untuk rajin
berolahraga di akhir pekan. Di pertengahan jalan, aku menoleh ke belakang ku
lihat teman-teman mulai lelah, ada yang mengusap keringatnya, ada yang tetap berusaha mengangkat barang
bawaannya, ada pula yang mengeluh bahwa jalan pintas menuju gerbang dua kampus
ini terlalu panjang. Akupun hanya tertawa melihat tingkah mereka.
***
Kamipun sampai di depan
pintu dua kampus, bus sudah datang.
Akupun menyodorkan ranselku kepada kenek bus untuk di letakkan di bagasi. Kami berebut tempat duduk, aku mendapatkan tempat keempat dari belakang di sebelah kanan bersama Nisa. “ Nisa, sini itu tas sampingmu yang biru, taro diatas sinimi.” Kataku. “ Ini. “ iya memberikan tasnya padaku, untuk kemudian ku letakkan di bagasi atas tempat duduk ku bersama tas sampingku yang berwarna pink. Akupun duduk di tempatku bersama Nisa, begitupun dengan teman-teman yang lain. Setelah masing-masing mendapatkan tempat duduk kamipun memutuskan untuk berangkat ke Masjid Muhammad Chengho untuk berdoa bersama sebelum keberangkatan, tapi… “ Eh, ndak adapi Ikhwan, Islah sama nullah !!.” Temanku berkata. “ Telfonki dulu, jam berapami ini.” Yang lainpun mulai berbicara. Rusnipun menelefon Ikhwan, Islah dan Nullah.
![]() |
Bus Kelas BPI A Sumber : Amar Akramul Tasbih |
Akupun menyodorkan ranselku kepada kenek bus untuk di letakkan di bagasi. Kami berebut tempat duduk, aku mendapatkan tempat keempat dari belakang di sebelah kanan bersama Nisa. “ Nisa, sini itu tas sampingmu yang biru, taro diatas sinimi.” Kataku. “ Ini. “ iya memberikan tasnya padaku, untuk kemudian ku letakkan di bagasi atas tempat duduk ku bersama tas sampingku yang berwarna pink. Akupun duduk di tempatku bersama Nisa, begitupun dengan teman-teman yang lain. Setelah masing-masing mendapatkan tempat duduk kamipun memutuskan untuk berangkat ke Masjid Muhammad Chengho untuk berdoa bersama sebelum keberangkatan, tapi… “ Eh, ndak adapi Ikhwan, Islah sama nullah !!.” Temanku berkata. “ Telfonki dulu, jam berapami ini.” Yang lainpun mulai berbicara. Rusnipun menelefon Ikhwan, Islah dan Nullah.
Selang beberapa menit
kemudian mereka bertiga datang, teman kelasku yang duduk di bagian depan
kemudian memberitahu sopir bus untuk berangkat menuju Masjid Muhammad Chengho
yang berada di jalan Hertasning. Di pertengahan jalan teman-teman baru
menyadari bahwa masih ada satu orang temanku yang tertinggal, yaitu Ajeng. “
Sudahmi ku telfon Ajeng ku suruh langsung ke Masjid Muhammad Chengho adaji juga
disana Luthfi na temani.” Kata Rusni meyakinkan teman-teman.
Pukul 13.40 WITA kami tiba
di Masjid Muhammad Chengho, lalu kami turun untuk menunggu bapak Suf Kasman
datang.. Waktu berlalu sedikit demi sedikit hingga akhirnya teman-teman mulai
lelah duduk menunggu di pinggir jalan, Randi selaku Ketua Panitia serta Rusni
selaku Bendahara Panitia menghubungi bapak Suf Kasman. Setelah Rusni
menghubungi bapak Suf Kasman… “ Bapak toh pas di telfon, kayak na lupa kalau
mauki ke Toraja hari ini, na bilang tunggu bede barui pulang dari Sholat Jumat.”
Kamipun hanya tertawa mendengar penjelasan dari Rusni. Akhirnya kami memutuskan
untuk menunggu bapak datang. Sembari menunggu bapak kami tak lupa berfoto-foto,
belum ke Toraja galeri hp sudah mau penuh hahaha.
Akhirnya bapak Suf Kasman
pun datang, kemudian kami melangkah menuju depan Masjid Muhammad Chengho untuk
berdoa memohon perlindungan kepada Allah agar perjalanan kami lancar sampai
tujuan dengan selamat.
![]() |
Masjid Muhammad Cheng Hoo Sumber : www.google.com |
***
Usai berdoa bersama kamipun
masuk ke dalam bus lalu berangkat menuju TANA TORAJA. Di dalam bus kami
bercengkrama, tertawa, ngemil,main hp dan sebagainya. Ku nikmati
perjalanan yang menyenangkan itu. Di balik kaca bus ku pandangi pepohon yang
tertiup angin seolah-olah mereka menyapaku dan berkata “ hati-hati di jalan.”
Langit begitu cerah, burung-burung berterbangan mencari makan untuk nantinya di
bawa pulang ke sarang, Orang-orang berlalu lalang di jalan raya ada yang
berjalan kaki, ada yang mengendarai motor, dan adapula yang mengendarai mobil.
Pukul 16.35 WITA bapak Suf
Kasman memutuskan untuk istirahat sejenak di Masjid Bungoro Pangkep untuk Sholat
Ashar karena ada beberapa orang yang tidak menjamak Sholatnya termasuk beliau.
Aku hanya sekadar turun dan menuju toilet, selepas itu aku kembali kedalam bus.
Diatas bus ku putuskan untuk memakan bekal yang sudah di siapkan ibuku tadi
pagi, akupun memakannya bersama teman-teman yang lain dengan lahap. Adapula
temanku yang membagikan burasanya kepada teman-teman yang lain, akhirnya
beramai-ramailah kami menghabiskan lunch yang telat itu.
Menjelang Sholat Maghrib
bapak Suf Kasman kembali memutuskan untuk singgah Sholat Maghrib di salah satu masjid
kabupaten Sidrap.. “ Dimanaki ini nah ?.” Tanyaku pada teman-teman di dalam
bus. “ Di pertamina.” Salah satu temanku menjawab. Teman-teman yang lain
tertawa terbahak-bahak, “ Maksudku di daerah manaki ini, awweh… “ Balasku. “
Kan bertanyako dimana ini, yah ku bilang di pertamina.” Akupun ikut tertawa,
kebetulan pertamina yang temanku katakan ada masjidnya, disitulah kami singgah
Sholat Maghrib. Selepas Sholat Maghrib bapak Suf Kasman mengatakan kepada kami
bahwa yang lapar bisa makan dulu, lalu kita lanjut perjalanan.
Mendengar hal itu akupun
bergegas mengambil dompetku di dalam tas, kemudian turun dari bus dan
menghampiri warung makan yang tepat bersebelahan dengan tempat wudhu itu.
Akupun melangkahkan kaki ke dalam warung, namun sayang beribu sayang tak ada
makanan berat yang dijual disana.. “ Awweh…, bapak na suruhki makan baru tidak
ada makanan berat na jual ini ibu.” Keluh temanku. “ Iyo weeh, laparku mo
poeng. “ Keluhku juga. “ Ehhh, itu sana eeh ada penjual bakso, itumo di makan.
Besok pagipi makan nasiki.” Sambungku. “ Ayomi pale membelli.” Temanku berkata.
Kamipun membeli bakso tusuk
di depan masjid itu, ku katakana dalam hati “ 4k mo ku belli deh, hematko
Rifqa, moko beli oleh-oleh nanti.” Kamipun melanjutkan
perjalanan, bus mulai heboh dengan celoteh-celoteh dari kami. Kami menanyakan
apakah kami bisa karaoke kepada sopir bus dan ia mengatakan bahwa bisa,
terwarnailah perjalanan kami dengan suara teman-teman yang berusaha menyanyi
sesuai dengan intonasi yang baik, haahhaha. Beberapa jam berlalu, aktivitas
karaoke terhenti begitu saja akibat kelelahan dan suara yang mulai hilang.
Akhirnya hanya music yang di putar oleh kenek bus, lelah menyanyi tak
menghalangi teman-teman untuk kembali menghebohkan bus kelas kami. Kami mulai
melucu diatas bus hingga benar-benar merasa lelah dan tertidur pulas.
***
Tepat pukul 22.30 WITA aku
terbangun tiba-tiba, bus mulai berbelok tak henti-henti, belum sempat ban
belakang lurus ban depan kembali berbelok. Ku tanya teman-teman kita dimana,
salah satu temanku menjawab bahwa kita sudah di Enrekang, alhasil aku tak bisa
tidur kembali. Ketika ku coba menutup mata, kepalaku pasti pusing. Akhirnya ku
putuskan untuk menikmati perjalanan yang menegangkan itu. Bahkan ketika aku
terbangun dari tidurku tadi ada salah satu temanku yang jatuh di koridor bus
saking kencangnya bus itu berbelok. Ku tanya Nisa partner duduk ku
selama di bus “ Amanji ?, ndak mau jko muntah ?. “ Tuturku. “ Bah, amanji.” Ia
menjawab sambil mengacungkan tanda oke kepadaku dengan jemarinya. Selama
perjalanan itu masih banyak teman-teman yang tertidur, akupun heran mengapa
mereka bisa tidur pulas seperti itu ketika jalanan tak bersahabat seperti ini.
Perjalanan yang lumayan
panjang kami lalui di Enrekang hingga akhirnya… “ Ihh, Rusni di Toraja mki ini
?.” Tanyaku dengan antusias. “ Iya,
Toraja mi ini.” Ku pandangi satu persatu-satu rumah-rumah penduduk dengan khas Tongkonan
di halaman rumahnya bahkan ada rumah yang beratap Tongkonan melengkung
menyerupai perahu. Tak lama perjalanan yang kami tempuh di Tana Toraja. Dan
akhirnya kami sampai di penginapan tepatnya di Pusat Dakwah Muhammadiyah Tana
Toraja.
![]() |
Pusat Dakwah Muhammadiyah Tana Toraja Sumber : www.google.com |
PUSDAM
Sesampainya di depan PUSDAM
kamipun turun, kemudian meregangkan badan yang sudah berjam-jam duduk diatas
bus, setelah ku regangkan badan aku berbalik ke kanan dan ku lihat ada warung
bakso disana. yahh…, warung bakso babi, ku elus dada dan berkata dalam hati “
Deehh ndak adakah kodong bakso sapi ?.” Temanku menoleh ke arahku dan berkata “
Jangan mko macinna sembarang Rifqa disini, di Makassar pko klo mau makan bakso.”
Sembari menunggu Ketua Panitia mengambil kunci
penginapan kami. Aku mengambil ranselku di bagasi bus kemudian melangkahkan
kakiku menuju depan pagar PUSDAM. Ketika
aku sibuk berbincang dengan temanku, aku melihat seekor anjing yang sangat
besar, aku kaget tak perah seumur hidupku melihat anjing sebesar itu. Ada
temanku yang lain berteriak ketakutan ketika melihat anjing besar itu.. “ Weeh
Ayu diamko, kahh tidak ke siniji lewat ji saja.” Kata temanku yang lain menegur
Ayu yang ketakutan.” “Kah kagetki gaang.” Jawabnya. Nisapun berkata padaku “
Itumi di bilang anjing Werlwolf Rifqa.” “Oh, itumi deehh besar nah di’.”
Tuturku kagum.
***
Akhirnya Randi pun membawa
kunci PUSDAM, aku mempersiapkan ancang-ancang. Ku ambil stop kontak yang ada di
tas pink ku lalu ketika pagar terbuka aku berlari menaiki tangga dan menunggu
Randi membuka pintu PUSDAM. Ketika pintu PUSDAM terbuka aku kembali berlari
menaiki tangga untuk segera sampai ke depan Aula tempat perempuan tidur. Ketika
pintu Aula terbuka aku dan teman-temanku berebut ingin masuk duluan, aku tak
mau kalah ku kerahkan seluruh tenaga sembari berkata pada sahabatku untuk
langsung melihat colokan yang terdekat. “ Sini cepat stop kontakmu Rifqa.” Ku
berikan stop kontakku padanya. “ Colok mi cepat.” Teriakku. Hahahaha.
Akhirnya setelah perjuangan
mendapatkan colokan, akupun mengambil tempat untuk tidur di bagian ujung kanan
Aula. Walaupun aku tak mendapat bagian karpet setidaknya aku mendapatkan tempat
untuk terlelap dan berkelana dalam mimpiku. Sebagian teman-temanku ada yang
langsung tidur karena kelelahan dan sebagaian yang lain ada yang langsung
menyetrika. Aku langsung ke kamar mandi untuk cuci-cuci. Setelah itu aku juga
menyetrika dan langsung tidur tepat pukul 02.15 WITA.
Aku bahagia dengan suasana
yang kualami dengan teman-teman kelasku serta teman-teman dari kelas dan
jurusan yang lain, itu megingatkanku kembali ke masa waktu mondok dulu. Tidur
berdempetan seperti itu, cuci-cuci, dan bercengkrama sebelum tidur.
KALIMBUANG BORI TORAJA UTARA
Tepat pukul 03.10 WITA Nunu
membangunkanku, menyuruhku bergegas ke kamar mandi sebelum antrianku diambil
orang. Setelah mandi akupun berpakaian dan menunggu Adzan Subuh berkumandang.
Setelah menunaikan Sholat aku merasa kantuk menyerangku kembali, ku baringkan
tubuh seraya menutup mataku, bagaimana tidak tidurku hanya kurang lebih 1 jam
saja. Pukul 06.00 WITA kami sekelas menunggu catering tiba, “ Akhirnya
makan nasi mki.” Kataku dalam hati. Selepas sarapan bapak Suf menyuruh kami
bergegas masuk ke dalam bus, karena trip akan segera dimulai. Tempat
wisata pertama yang akan kami kunjungi adalah Kalimbuang Bori tepatnya di
Toraja Utara, perjalanan yang cukup panjang yang kami tempuh.
Ku nikmati perjalanan itu
dengan rasa bahagia, sembari memandangi pohon-pohon, gunung, persawahan, serta
sungainya Tana Toraja. Hahaha. Dalam perjalanan menuju Kalimbuang Bori ku lihat
di salah satu gunung ada tulisan TORAYA MAELO, dari sanalah aku terinspirasi
mengambil judul ceritaku. Hehe.
Setelah perjalanan panjang
kami lalui akhirnya kami sampai di Kalimbuang Bori, hal yang pertama aku lihat
adala batu pahatan besar berdiri kokoh disana, aku takjub melihatnya ku katakana
dalam hati “ Apakah ini terbentuk secara alami ?.” Setelah aku mendengar
penjelasan dari Tour Guide
ternyata batu itu di pahat oleh warga disini sungguh luar biasa. Setelah
mendengar kisah yang panjang tentang Kalimbuang Bori aku dan teman-teman yang
lain tak lupa berfoto untuk mengabadikan momen yang langka ini.
![]() |
Objek Wisata Kalimbuang Bori Toraja Utara Sumber : Hasriani Rustam |
PASAR BOLU
Setelah berfoto-foto dan
berjalan sedikit melihat suasana Kalimbuang Bori bapak Suf Kasman kemudian
menyuruh kami masuk kembali ke dalam bus. Di atas bus kami kepanasan dan
kelaparan bagaimana, tidak hari itu sungguh cerah dan kami memakai kaos merah.
Namun sayang waktu makan siang belum tiba, aku malu jika makan sendiri diatas
bus. Terpaksa kami hanya makan cemilan saja untuk mengganjal rasa lapar yang
mendera.
Selepas makan kami
menikmati perjalanan kembali, hingga akhirnya bus berhenti di pinggir jalan
raya. Ku sangka bapak Suf Kasman mempersilahkan kami untuk membeli oleh-oleh
nyatanya kami turun dari bus dan mengikuti langkah beliau hingga sampailah
langkah kami ke pasar kerbau dan babi terbesar disana. Aku kaget melihat kerbau
sebesar itu “ Deeehh, besar nahh. Nah kalah besarka.” Kataku. Teman yang
disampingku hanya tertawa.
Aku kehilangan jejak bapak
Suf Kasman, lalu ku lihat ada teman dari kelas lain berjalan di depanku
akhirnya ku ikuti langkahnya. Hingga aku tepat berhenti di depan kandang babi. Aku
tak mengambil gambar di pasar itu, Hanya status WhatsApp temanku tentang itu
yang ku ScreenShot lalu ku jadikan status WhatsApp ku.
Selepas melihat kerbau dan
babi di pasar bolu kami melanjutkan perjalanan.
![]() |
Kandang Babi di Pasar Bolu Sumber : Arif Rahman |
KETE’ KESU
Kami kembali ke dalam bus
dengan hadiah yang ku bawa pemberian kenalan bapak Suf Kasman di Tana Toraja.
Sesampainya diatas bus aku kembali menikmati pemandangan ke trip selanjutnya. Aku selalu
berusaha tidak tidur diatas bus, karena aku ingin mengabadikan setiap momen
yang ku lihat di dalam hati dan jiwaku. Kami sampai di Kete’ Kesu tepat sebelum
waktu Sholat Dzuhur masuk. Aku bersama teman-temanku turun dari bus lalu segera
menyisir toko-toko souvenir disana, yaahhh waktunya berbelanja. Ku lihat-lihat di setiap toko souvenir
yang ingin aku beli dan ku sesuaikan dengan budget yang ku bawa. Setelah
melihat-lihat akhirnya aku menemukan souvenir yang sejak lama ingin ku
beli yaitu Dream Catcher, selepas itu aku membelikan satu yang berukuran
kecil untuk adik sepupuku.
Setelah itu aku masuk ke
dalam dan melihat-lihat kembali aku melihat ada tas khas Toraja akupun melewati
toko itu untuk kemudian melihat-lihat di toko yang lain apakah ada yang lebih
cantik dari tas itu, setelah melihat-lihat tas di toko-toko yang lain tak lupa
aku berfoto disana. Selepas foto aku kembali mencari tas itu, hingga akhirnya
aku lupa di toko mana tas itu berada. 3 kali aku bolak-balik, dan ku putuskan
masuk di toko lain, karena aku melihat ada tas yang sama yang ku lihat di toko
yang sebelumnya di toko itu. Tapi tas itu bukan berwarna pink.
“ Tidak masalahji itu deh,
yang jelas ini tas cantik ji juga biarpun bukan warna pink.” Kataku dalam hati.
Selepas shopping time bapak Suf Kasman menyuruh kami bergegas masuk ke
dalam bus karena kita akan berangkat ke destinasi selanjutnya, namun ku tanya
teman-temanku yang lain bahwa sebagian temanku yang lain masih ada yang belum
Sholat Dzuhur termasuk aku. Randi selaku ketua panitia menyampaikan perihal itu
kepada bapak Suf Kasman dan juga supir bus. Akhirnya kami diizinkan untuk pergi
Sholat Dzuhur dulu di Mushollah tempat wisata itu.
Ku ambil air wudhu, lalu ku tunaikan
kewajibanku bersama teman-teman tak lupa aku menjamaknya. Selepas itu kamipun
melanjutkan perjalanan perjalanan menuju tempat wisata yang lain.![]() |
Objek Wisata Kete' Kesu Sumber : Pribadi |
LONDA
Akhirnya kami sampai di
LONDA, akupun turun dari bus bersama teman-teman, aku berjalan dengan perasaan
senang dan was-was. “ Inimikah tempat yang banyak tengkoraknya sama yang ada manekin
orang-orang yang meninggal terpajang di depan bangunannya ?” Kataku dalam hati.
Ku langkahkan kaki menuruni anak tangga satu persatu, hingga tiba di depan
bangunan itu. Dan ternyata persepsiku benar, inilah tempat yang ku singgung
tadi dalam hati. Tak lupa aku selalu mengucap salam sebelumnya agar aku tetap
terlindung. Sesampainya disana aku tak lupa berfoto di depan bangunan itu,
kemudian bapak Suf Kasman mengajak kami semua untuk masuk ke dalam gua. Ku
beranikan diri, “ Bismillah, kapan lagi bisaka ke sini. Haruska masuk.” Tuturku
dalam hati.
Setelah mendengar
penjelasan dari Tour Guide, bapak Suf Kasman kemudian menantang kami
mencoba masuk ke dalam gua yang lebih kecil. Ku kumpulkan keberanian dan ku
langkahkan kaki mengantri bersama teman-temanku menunggu giliran. Akupun masuk
menyusuri gua kecil itu, aku susah bergerak di dalam karena badanku yang besar
dan juga aku memakai rok celana yang teramat rempong itu. Kotor tak menjadi
masalah bagiku, hanya saja aku benar-benar kesusahan bergerak di dalam yang ku
bisa hanya tetap merayap dan merayap sembari menikmati dinginnya hawa gua.
Keluar dari dalam gua aku
menghampiri teman-temanku, mereka kaget melihat rok celanaku begitu kotor. Ku katakan
pada mereka “ Ndak bisaka bergerak di dalam wehh, besar skali badanku jadi
kesusahanka. Merayap terusja.” Mereka hanya tertawa. Hahaha.
Selepas itu kami kembali
berfoto lagi, lalu melanjutkan perjalanan ke tempat wisata berikutnya.
![]() |
Objek Wisata Londa Sumber : Muhammad Ikhsan |
BUNTU BURAKE
Kamipun kembali naik ke
bus, melanjutkan perjalanan ke tempat wisata yang lain. Namun di pertengahan jalan,
hujan turun membasahi bumi. Sesampainya di depan jalan masuk menuju wisata
Buntu Burake hujan masih turun, alhasil destinasi ke Buntu Burake di batalkan. Bukan
cuman hujan yang membuat kami tak jadi ke sana tapi ada juga satu dan lain hal
sehingga destinasi ke Buntu Burake hari
itu di batalkan. Aku bersama rombongan kembali ke PUSDAM, ada kekecewaan yang
ku rasa, “ Deeh ndak jadiki ke Buntu Burake, padahal itumi intinya.” Kataku. “ Deehh,
sebenarnya bisa jki itu tdi ke sna nahh. Kaah hujan tidak menghalangiji.” Kata
temanku yang lain. “ Iyo, tapii membasahi.” Sambung temanku yang lain.
Setelah perdebatan itu aku
memutuskan mandi dan berganti pakaian, setelah itu ada pengumuman bahwa Ketua
Panitia ingin mengadakan rapat seputar masalah yang tadi sore katanya kita
sama-sama mencari solusi. Dan hasil rapatpun di umumkan bahwa, besok pagi kita
akan ke Buntu Burake sebelum pulang.
![]() |
Objek Wisata Buntu Burake Sumber : Nurul Fadilah |
BUKIT SION
Selepas Sholat Maghrib
bapak Suf Kasman datang ke Aula tempat perempuan dan mengatakan bahwa, beliau
memberi kami waktu untuk berjalan-jalan menikmati indahnya Tana Toraja di malam
hari, sampai pukul 22.00 WITA. Kebetulan malam itu, malamnya anak muda
nongkrong-nongkrong. Yaah apalagi kalau bukan (malming).
Setelah Sholat Maghrib aku bersama teman-teman
menyantap makan malam yang nikmat itu, Ayam kecap suir-suir. Hehehe. Kemudian
akupun, menunggu waktu Sholat Isya datang. Setelah Sholat Isya, akupun pergi
bersama teman-temanku menikmati hembusan angin malam Tana Toraja serta
menikmati keindahan panoramanya di malam hari. Tak lupa aku selalu berfoto
bersama teman-temanku. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Bukit
Sion, aku menaiki anak tangga yang cukup jauh jaraknya antara satu anak tangga
dengan anak tangga yang lain. Sesampainya diatas aku ngos-ngosan, karena untuk
mencapai puncak Bukit Sion itu butuh perjuangan yang melelahkan.
Ku nikmati suasana malam
itu, tidak hanya rombongan kami yang meramaikan Bukit Sion. Ada banyak juga
sepasang kekasih yang datang ke sini hanya sekadar menikmati indahnya panorama
Tana Toraja sambil bercengkrama dengan pasangannya masing-masing.
Tepat sebelum pukul 22.00
WITA bapak Suf Kasman, memberi komando bahwa kita sudah harus kembali ke
penginapan. Kamipun kembali ke penginapan, Tana Toraja bertambah dingin. Ku
tarik sweaterku memastikan tubuhku terbalut sempurna olehnya. Aku
kedinginan. Ku percepat langkah kakiku, agar aku segera sampaidi PUSDAM.
![]() |
Bukit Sion Sumber : Muhammad Ikhsan |
TRIP TO BUNTU BURAKE YANG TERTUNDA
Keesokan harinya setelah
selesai mandi, akupun packing kembali. Yaah, hari ini kami kembali ke
Makassar sekaligus pergi ke Buntu Burake. Selepas packing, aku bersama
teman-teman membawa barang-barang ke bawah untuk kemudian di masukkan kembali
ke bagasi mobil. Namun drama dimulai, ban bus kelas kami rusak dan di bawa ke
bengkel entah kapan selesai di kerja. Akhirnya bapak Suf Kasman mengatakan
bahwa perempuan yang duluan ke Buntu Burake, setelahnya baru laki-laki. Akhirnya
kami yang perempuan duluan berangkat ke sana. Sesampainya disana, aku terkejut
melihat jalanan layaknya seekor ular meliuk-liuk sempurna.
Temanku berkata “ Ayomi
jalan mki dulu, nanti na ambil jki itu truk di tengah jalan.” Kamipun berjalan
kaki hingga beberapa KM. Akhirnya bus
datang dari arah belakang, tapi sayang aku bersama beberapa teman tak kebagian
tempat diatas truk. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan jalan kaki hingga
truk kembali datang. Di pertengahan jalan menuju gerbang masuk wisata Buntu
Burake, kami di kagetkan oleh beberapa ekor anjing. Kamipun memberanikan diri,
melewati gerombolan anjing itu. Hingga tibalah kami di depan pintu gerbang
wisata Buntu Burake bersamaan dengan datangnya truk yang akan membawa kami ke
sana.
Sesampainya disana, tak henti
ku bergumam memuji ciptaan Allah, “ Masya Allah, indahnya pemandangan disini,
indahnya ciptaanMu.” Aku tak lupa berfoto bersam teman-teman dan bapak Suf Kasman.
***
Selepas dari Buntu Burake
kami kembali diantar oleh truk sampai ke depan pintu gerbang, kemudian kami
berjalan kaki sampai ke bawah. Kelas yang lain sesampainya di bawah langsung
naik ke busnya masing-masing, tetapi kami hanya berdiri di pinggir jalan
merenungi nasib bus kelas kami. Rusnipun kembali menghubungi supir bus kelas
kami. “ Na bilang masih lama bede selesai.”
Kemudian kami memutuskan
naik pete-pete untuk kembali ke PUSDAM. Sesampainya disana kamipun
sarapan dengan lauk ayam, yaah aku dapat lauk ayam. Ada sebagian temn-teman
yang mendapat lauk ayam ada sebagian yang medapat lauk telur dan tempe. Setelah
itu kami tidur di Aula bawah. Beberapa jam kemudian bapak Suf Kasman memanggil
kelas kami ke Mushollah. Kamipun duduk bersila mendengar apa yang akan disampaikan
oleh bapak. Ternyata seputar bus kelas kami, beliau mengatakan jika kabar bus
kelas kami belum ada sampai jam 1 siang, maka kelas yang lain harus pulang pada
jam itu juga. Rencana kami ingin pulang berbarengan tapi, apalah daya musibah
tidak ada yang tahu kapan datangnya . Kamipun mengatakan “ Iye pak, ndak
apa-apaji duluanmi teman-teman yang lain. Kami siapji tunggu bus disini.”
Setelah jam menunjukkan
pukul 13.00 WITA, bapak Suf Kasman kembali bertanya di kelas kami bagaimana
info terbaru seputar bus kelas kami. Rusnipun menjawab masih di butuhkan waktu
satu jam untuk menyelesaikannya. Akhirnya bapak mengatakan bahwa beliau duluan
berangkat bersama teman-teman dan nantinya menunggu kami di Gunung Nona.
Beberapa menit kemudian,
berita baik menghampiri kelas kami. Akhirnya ban bus kami kembali baik. Aku
bersama teman-teman bersorak gembira seraya mengangkat barang-barang untuk
kemudian di masukkan kedalam bagasi bus.
![]() |
Objek Wisata Buntu Burake Sumber : Risna Wati |
BACK TO HOME
Di pertengahan jalan, kami
menikmati perjalanan dengan berkaroke berjamaah , hingga sampai di
sidrap. Supir bus lapar alhasil kami, singgah di warung makan. Kebetulan aku
dan teman-teman juga lapar, akhirnya kami turun juga. Sesampainya di dalam aku
kaget melihat harga makanan di warumg itu, ku putuskan kembali ke dalam bus
bersama Nisa. Namun sebagian teman-teman yang lain tetap memilih makan disana.
Yaahh, makan pop mie. Haahahah. Harga makanan di warung itu memang tak sepadan
di kantong Mahasiswa. Walaupun kami punya cukup uang, tetapi kami berfikir
untuk mengeluarkannya hanya karena makanan semahal itu. Hehehe.
Perjalanan kembali kami
tempuh, hingga sampailah aku bersama teman-teman di tol. Ku hubungi kakak ku
yang berjanji menjemputku di depan warung BEGOS di jalan Pettarani. Akupun
menjelaskan kepada supir bus “ Pak, kasi turunka di depannya warung begos di’
di pettarani. Di jemput disanaka.” Selang beberapa menit bus tiba di depan
BEGOS namun ada seng yang menghalangi. Alhasil aku di turunkan di depan
jalan Abdullah Dg.Sirua. Beberapa menit kemudian kakak ku datang bersama
ayahku. Akupun naik ke mobil dan pulang ke rumah.
SEPENGGAL KATA
Ku ucap banyak terima kasih
kepada bapak Dr. H. Suf Kasman M. Ag. Yang telah menjadi motivator, sekaligus
inspirasi-inspirasiku dalam menjalani kehidupan di bangku perkuliahan serta
kembali mengumpulkan semangatku untuk menulis kembali. Terima kasih sekali lagi
pak. Sehat selalu, semoga bapak diberi banyak kelimpahan rezeki oleh Allah SWT
serta senantiasa menjadi bapak Suf Kasman yang ku kenal yang pembawaannya ketika
mengajar tegas namun diselingi dengan candaan.
Dan tak lupa pula ku ucap
banyak syukur terima kasih kepada sang pencipta Allah SWT yang telah
menciptakan salah satu surga dunia yakni TANA TORAJA. Banyak pengalaman dan
pengajaran yang ku dapatkan disana. TANA TORAJA mengajarkanku bahwa Perbedaan
itu Indah.
Berkat bapak aku bisa
merasakan sebuah perjalanan yang takkan ku lupa sepanjang hidupku. Sekali lagi
terima kasih banyak pak. Dari saya Rifqa Ainun Wahab, Mahasiswi Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan
Bimbingan penyuluhan Islam, Angkatan 2017, NIM 50200117022.
![]() |
Sumber : Pribadi |
WASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH…..
Komentar